VALIDITAS
A. Pengertian
Validitas.
Secara etimologi validitas berasal dari bahasa
inggris yaitu valid. Valid didalam kamus
oxford dikatakan valid is the state of
being legaly acceptable atau sesuatu yang bisa diterima menurut hukum.
Mudahnya dapat diartikan benar atau sah.
Seperti yang kita ketahui validitas berasal dari
kata valid, tetapi ada sedikit perbedaan dalam penempatannya. Contohnya, jika
dikatakan “soal itu valid”, merupakan kalimat yang dapat dipahami, sedangkam
jika dikatakan “soal itu validitas”, maka kalimat tersebut tidak dapat
dipahami, kecuali bila dikatakan “ soal itu memiliki validitas yang
tinggi”, maka kalimat tersebut dapat
dipahami.
Dari paragraf diatas dapat disimpulkan bahwasannya,
validitas dan valid memiliki sedikit perbedaan dalam penggunaanya. Kata valid
dapat diartikan benar atau sah sedangkan validitas diartikan sebagai takaran
atau ukuran kebenaran atau keabsahan sesuatu.
Validitas dalam evaluasi pendidikan berhubungan erat
dengan pelaksanaan tes hasil belajar. Bila dikaitkan dengan fungsi tes sebagai
alat ukur, maka sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut tersusun secara
tepat, benar, dan shahih, atau dengan kata lain dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur. Sebuah tes dikatakan telah memiliki validitas apabila tes
tersebut secara tepat, benar atau shahih telah dapat mengungkapkan atau
mengukur apa yang seharusnya diungkap atau diukur lewat tes tersebut.
Berikut adalah definisi validitas menurut beberapa
ahli:
Menurut Suharsimi arikunto (2006) :
validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tinngkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrument.
Menurut anastasi (1990) : validitas
adalah ketepatan mengukur konstruk, menyangkut “what the test measure and how
well it does”.
Menurut arikunto (1995) : validitas
adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan yang mampu
mengukur apa yang akan diukur.
Menurut sukadji (2000) : validitas
adalah derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur.
Menurut azwar (1986) : validitas adalah
sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya.
B.
Macam – macam validitas.
Menurut Suharsimi ada dua jenis
validitas logis dan validitas empiris. Sementara validitas itu terbagi menjadi
beberapa yaitu validitas isi, validitas konstruksi, validitas empiris, validitas
ramalan (predictive validity), validitas bandingan.
1. Validitas
logis
Istilah logis berasal
dari kata logika yang berarti penalaran. Dengan makna demikian maka validitas
logis untuk sebuah instrument evaluasi menunjukan pada kondisi suatu instrument
yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan penalaran.
a. Validitas
isi (content validity)
Yaitu
pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut. Sebuah
tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu
yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Validitas isi
merupakan validitas yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat
ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi
ini adalah “ sejauh mana item-item dalam suatu alat ukur yang bersangkutan?”
atau berhubungan dengan representasi dari keseluruhan kawasan.
b. Validitas
konstruksi (contruct validity)
Secara etimologi, kata
konstruksi mengandung arti susunan, kerangka atau rekaan. Sebuah tes dikatakan
memiliki validitas kontruksi apabila butir – butir soal yang membangun tes
tersebut mengukur setiap aspek berfikir. Dengan
kata lain jika butir – butir soal mengukur aspek berfikir tersebut sudah
sesuai dengan aspek berfikir seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional
khusus.
Sebagai contoh jika ruusan tujuan instruksional khusus
(TIK), “siswa dapat mengenal tata cara menyalakan komputer”, maka maka butir
soal pada tes merupakan perintah bagaimana cara menyalakan komputer dengan
baik.
2. Validitas
empiris
Validitas empiris artinya
“pengalaman” sebuah instrument dapat dikatakan memiliki validitas empiris
apabila sudah diuji dari pengalaman. Untuk menentukan apakah tes hasil belajar
sudah memiliki validitaas empirik ataukah belum dapat dilakukan penelusuran
dari dua segi, yaitu segi daya ketepatan meramal atau prediksi , dan daya
ketepatan bandingan.
a. Validitas
ramalan (predictive validity)
Setiap kali menyebutkan istilaah ramalan
maka didalamnya akan terkandung pengertian mengenai sesuatu yang terjadi dimasa
yang akan datang. Apabila istilah ramalan dikaitkan dengan validitas tes maka
yang dimaksud adalah suatu kondisi yang menunjukan seberapa jauhkah sebuah tes
telah dapat dengan secara tepat menunjukan kemampuannya untuk meramalkan apa
yang akan terjadi dimasa akan datang.
Jadi pada dasarnya tes yang dilakukan
adalah dengan memberikan bentuk soal, item dan sarat yang diberikan harus memiliki tujuan akhir yang akan
ditempuh sehingga proses atau hasil yang dicapai dapat diprediksi sebelumnya.
b. Validitas
Bandingan (concurrent validity).
Tes
sebagai alat pengukur dapat dikatakan memiki validitas bandingan apabila tes
tersebut secara tepat telah mampu menunjukan adanya hubungan searah antara tes
pertama dan tes berikutnya menurut suharsimi dalam hal ini tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu
mengenai hal yang telah lampu atau telah berlalu.
Validitas
bandingan juga sering dikenal dengan istilah validitas sama saat, validitas
pengalaman atau validitas ada sekarang. Dalam menguju validitas bandingan, data
yang mencerminkan pengalamaan masa lalu kita bandingkan dengan hasil tes yang
diperoleh sekarang. Jika hasil tes
sekarang memiliki hubungan searah dengan hasil tes pengalaman maka tes tersebut
memiliki validitas bandingan.
Misalnya
seoorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatif yang disusun sudah valid atau
belum. Untuk itu maka diperlukan sebuah kriterium masa lalu yang datanya ada
sekarang. Contoh, nilai ualngan harian yang lalu.
C.
Faktor – faktor yang Mempengaruhi
Validitas.
Ada
beberapa hal yang mempengaruhi validitas alat penguku sebagai berikut:
1. Faktor
didalam tes itu sendiri, diantaranya:
·
Petunjuk
pengerjaan tes yang tidak jelas.
·
Istilah / kata-kata dalam susunan
kalimat dalam item (soal) terlalu sukar.
·
Item –item tes tidak sesai dengan materi
yang diajarkan.
·
Kata – kata dalam item soal sukar
dipahami.
·
Pemberian petunjuk yang dilakukan oleh
pengawas yang tidak merata.
2. Faktor
dari administrasi dan skor
·
Karena kurang waktu.
·
Gangguan situasi sekitar pada saat tes.
·
Siswa mendapat pertolongan yang tidak
seharusnya.
·
Teknik pemberian skor yang tidak
konsisten
3. Faktor
berasal dari siswa.
·
Siswa malas berfikir dan cenderung
menerka – nerka jawaban.
·
Siswa mengalami gangguan emosional pada
saat tes.
D. CARA MENGETAHUI VALIDITAS ALAT UKUR
Pearson
mengatakan bahwa ada sebuah teknik yang digunakan untuk
mengetahui kesejajaran
antara hasil tes dengan kriterium, yaitu teknik korelasi product moment.
Rumus korelasi product moment terdapat 2 macam cara, yaitu:
a. Korelasi product
moment dengan simpangan
Ket.:
rxy
= Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua
variabel
yang dikorelasikan (x = X − X dan y = Y − Y)
Σxy=
jumlah perkalian dengan x dan y
x2=
kuadrat dari x
y2=
kuadrat dari y
b. Korelasi product
moment dengan angka kasar
Ket
:
rxy=
Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua
variabel yang
dikorelasikan.
E. Validitas
Butir Soal atau Validitas Item
Validitas butir soal
berguna untuk butir-butir soal yang menyebabkan soal secara keseluruhan menjadi
jelek karena memiliki validitas yang rendah. Sedangkan validitas item berguna
untuk mengetahui validitas item jika mempuyai dukungan besar terhadap skor
total. Jadi, sebuah item memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item
sejajar dengan skor total. Cara lain untuk menghitung validitas item adalah
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
F. Tes
Terstandar Sebagai kriterium Dalam Menentukan Validitas
Tes terstandar adalah tes yang telah
diujikan beberapa kali sehingga terjamin
kevalidannya. Ada beberapa identitas yang dimiliki
oleh tes terstandar, antara lain sudah dicobakan berapa kali dan dimana, berapa
koefisien validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, daya pembeda, dll.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tentang validitas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa validitas merupak syarat yang harus dipenuhi dalam suatu test.
Tanpa validitas maka kita tidak bisa mengetahui sejauh mana keshahian suatu tes.
Karna pada prinsipnya validitas adalah ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur
apa yang seharusnya diukur. Contoh Didalam dunia pendidikan jika seorang guru
ingin mengukur partisipasi siswa dalam proses belajar maka dapat dilihat/
diukur dari kehadiran, terpusatnya perhatian pada pelajaran, ketepatan menjawab
pertannyaan yang diajukan oleh guru dalam arti relevan pada permasalahannya,
bukan diukur dari nilai yang diperoleh pada saat ulangan saja.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kelompok kami sajikan
untuk penyempurnaan selanjutnya penyusun meminta agar pembaca memberikan kritik
dan sarannya.
DAFTAR PUSTAKA